Sindrom Tourette, Pemicu dan Gejalanya

Sindrom Tourette memiliki gejala umum kedutan, gerakan atau suara yang berulang-ulang secara tiba-tiba atau disebut tiks.

Tiks memiliki sifat yang tidak terkendali.

Orang bisa saja tiba-tiba berkedip atau mendengus berkali-kali tanpa disadari.

Menurut dr.

Ardiansyah dari RSUP dr.

Mohammad Hoesin Palembang, sindrom tourette merupakan gangguan sistem saraf yang bisa menyebabkan terjadinya suara ataupun gerakan berulang yang tidak diinginkan, seperti tiks pada wajah.

Ada dua jenis tiks, yakni motorik dan vokal.

Tiks motorik adalah gerakan tubuh secara tiba-tiba, seperti berkedip, mengangkat bahu, atau menggerakkan lengan secara tiba-tiba tanpa ada maksud yang dipikirkan.

Lalu tiks vokal u berupa suara secara tiba-tiba.

Contohnya ketika orang secara tiba-tiba meneriakkan sesuatu, bersenandung, ataupun berdehem.

Intinya mengeluarkan suara tanpa maksud dan terjadi secara spontan.

Gejala sindrom tourette biasanya dimulai anak sejak berusia 5-10 tahun dengan gejala tiks motorik pada daerah kepala serta leher.

Lama kelamaan, akan terjadi pada saat-saat menegangkan.

Namun, tiks ini juga tidak akan muncul pada saat orang sedang tenang ataupun fokus terhadap pekerjaan.

Sebagian anak yang mengalami tiks pada masa kecil juga akan cenderung berkurang ketika beranjak remaja hingga dewasa.

Sebagian lagi justru ada yang berlanjut lebih parah.

Salah satu kondisi yang sering ditemui adalah gagap.

Kondisi ini bukan hal yang lucu karena bisa jadi merupakan salah satu gejala sindrom tourette.

Apakah bisa diobati? Tidak ada pengobatan khusus untuk mengobati sindrom tourette.

Namun, Ardiansyah menyebutkan sindrom tourette bisa ditangani dengan pengobatan gua sha.

Pengobatan gua sha merupakan teknik pengobatan yang digunakan untuk meningkatkan sirkulasi darah dengan memijat kulit.

Di Indonesia, teknik gua sha juga biasa dengan sebutan kerokan.

Sebuah penelitian menyebutkan melakukan kerokan ditambah dengan terapi lain dapat membantu mengurangi tiks.

Penelitian melibatkan seorang pria dengan sindrom tourette dari umur 9 tahun hingga pada saat diteliti berusia 33 tahun.

Hasilnya, setelah melakukan akupunktur, perawatan herbal, kerokan, dan mengubah gaya hidup selama 35 minggu dengan intensitas seminggu sekali, ia merasakan gejala sindrom tourette berkurang hingga 70 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *