Macam Benda yang Bisa Menularkan Virus Cacar Monyet

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof.

Dr.

drh.

Wayan Tunas Artama, mengatakan perlu meningkatkan edukasi dan kewaspadaan untuk menurunkan risiko terinfeksi virus cacar monyet.

Dia mengatakan salah satu strategi pencegahan yakni hewan yang mungkin telah kontak dengan hewan terinfeksi harus dikarantina serta ditangani sesuai standar pencegahan dan diobservasi selama 30 hari.

“Karena penyakit cacar monyet atau monkeypox ini adalah penyakit zoonotik dan mewabah di Inggris awal bulan Mei silam,” katanya.

Dia memaparkan penularan virus bisa dari hewan ke manusia dan terjadi di saat menangkap, memproses, dan mengonsumsi daging satwa liar.

Bisa juga melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi dari hewan terinfeksi seperti mamalia kecil, termasuk pengerat (tikus, tupai) dan primata (kera).

Menurutnya, penularan secara kontak langsung ini dapat juga terjadi antarhewan.

Penularan cacar monyet dari manusia ke manusia terutama melalui droplet pernapasan yang secara umum memerlukan kontak erat yang cukup lama.

Penularan bisa juga melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar, kontak tidak langsung dengan benda, kain, dan permukaan yang terkontaminasi.

Penularan secara vertikal dapat terjadi dan dapat berujung pada komplikasi, cacar bawaan, atau lahir mati.

“Masa inkubasi cacar monyet umumnya berkisar enam sampai 13 hari.

Pasien dinyatakan infeksius dari saat ruam mulai muncul hingga deskuamasi atau pergantian kulit.

Proses ini membutuhkan waktu hingga beberapa minggu,” jelasnya.

Gejala penyakit pada manusia sangat mirip dengan penyakit cacar, yaitu demam di atas 38,5°C, lemah, menggigil dengan atau tanpa keringat, nyeri tenggorokan dan batuk, pegal-pegal, pembengkakan kelenjar limpa, dan sakit kepala.

Gejala-gejala tersebut diikuti kemunculan ruam makular-papular berbatas jelas, vesikular, pustular, hingga lesi berkeropeng.

Lesi bertahan sekitar 1-3 hari pada setiap tahap dan berkembang secara bersamaan.

Area kemunculan lesi adalah wajah (98 persen), telapak kaki dan tangan (95 persen), membran mukosa mulut (70 persen), genital (28 persen), dan konjungtiva (20 persen).

“Secara umum lesi lebih jelas pada anggota gerak dan wajah dibandingkan pada badan.

Manifestasi pada area genital dapat menjadi dilema diagnosis pada populasi berpenyakit menular seksual (PMS),” ungkapnya.

Wayan mengungkapkan pemberian vaksinasi atau penggunaan vaksin cacar (orthopoxvirus lain seperti virus vaccinia) setidaknya memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi virus monkeypox.

Pada 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui vaksin JYNNEOSTM untuk mencegah cacar monyet dengan efektivitas mencapai 85 persen.

Sementara untuk pencegahan, perlu menghindari kontak langsung dengan orang bergejala, berhubungan seksual yang aman, menjaga kebersihan tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, memakai masker, serta mempraktikkan etika batuk dan bersin yang benar.

Sedangkan upaya pencegahan di rumah dapat dilakukan dengan melakukan praktik kebersihan, mencuci kain dengan deterjen, memisahkan alat makan orang terinfeksi, mencuci alat makan menggunakan air panas atau air hangat dan sabun dengan memakai sarung tangan, membersihkan permukaan terkontaminasi dengan disinfektan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *