HUT RI ke-77, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Lombok Barat Bikin Diskusi dan Nobar Film Tjokroaminoto

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lombok Barat menggelar refleksi kemerdekaan untuk memperingati HUT RI ke-77.

Kegiatan akan diadakan pada Jumat, 12 Agustus 2022 di pelataran Gedung Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lombok Barat.

“Refleksi kita isi dengan diskusi dan bedah film.

Temanya Kontribusi Lombok terhadap Pergerakan Kemerdekaan RI dan akan nonton bareng film Tjokroaminoto Sang Guru Bangsa karya Garin Nugroho,” kata Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lombok Barat Saepul Akhkam, Selasa, 9 Agustus 2022.

Saepul menuturkan, untuk menggelar kegiatan ini, ia menggandeng Perkumpulan Lombok Heritage and Science Society (LHSS), lembaga yang banyak berkiprah terhadap pembelajaran sejarah di Pulau Lombok.

Masyarakat akan diajak mempelajari kembali kekayaan sejarah di Pulau Lombok yang diyakini ikut berkontribusi terhadap kemerdekaan Republik Indonesia.

Pegiat literasi sejarah, Gegen dari LHSS menuturkan, di tengah minimnya narasi tentang sejarah perjuangan rakyat Lombok melawan penjajah kolonial Belanda, kegiatan ini bisa memantik keingintahuan generasi muda akan sejarah Lombok.

“Syukur-syukur bisa mengangkat sejarah Lombok ke kancah nasional,” ucap Gegen yang menjabat Sekretaris LHSS.

Lombok Heritage and Science Society banyak bergerak dalam bidang diskusi dan penelusuran situs-situs sejarah di Lombok.

“Terakhir pada bulan November 2021 lalu, kita mengadakan kegiatan Pameran Foto dan Heritage Tour,” kata Gegen.

Menurut Gegen, Lombok sejatinya mempunyai sejarah yang heroik dalam perlawanannya terhadap kolonial Belanda.

“Seperti Perang Lombok di tahun 1894, yang mencoreng muka Belanda di kancah internasional.

Pada perang itu, Belanda banyak kehilangan pasukan dan beberapa jendralnya, termasuk Jenderal Van Ham yang makamnya ada di Karang Jangkong,” ujar Gegen.

Menurut Gegen, kegiatan literasi tidak hanya menjadi kewajiban sekolah atau lembaga pendidikan saja.

Aktif literasi juga bisa melibatkan Dinas Perpustakaan, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, komunitas, bahkan perseorangan seperti para akademisi.

“Alhamdulillah di Lombok ini banyak yang sudah doktor bahkan professor, khususnya ada yang di bidang sejarah,” katanya.

SUPRIYANTHO KHAFID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *